MANUSIA MENURUT ISLAM DALAM PEMAHAMAN KEJAWEN Oleh : Wikan Yustafa A. KEJAWEN DALAM SEJARAH JAWA JAWA dan kejawen seolah tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kejawen bisa jadi merupakan suatu sampul atau kulit luar dari beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa, semasa zaman Hinduisme dan Budhisme. Dalam perkembangannya, penyebaran Islam di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu, bahkan terkadang melibatkan aspek kejawen sebagai jalur penyeranta yang baik bagi penyebarannya. Walisongo memiliki andil besar dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa. Unsur-unsur dalam Islam berusaha ditanamkan dalam budaya-budaya jawa semacam pertunjukan wayang kulit, dendangan lagu-lagu jawa , ular-ular ( putuah yang berupa filsafat), cerita-cerita kuno, hingga upacara-upacara tradisi yang dikembangkan, khususnya di Kerjaan Mataram (Yogya/Solo). Dalam pertunjukan wayang kulit yang paling dikenal adalah cerita tentang Serat Kalimasada (lembaran yang berisi mantera/ses...
ISRA’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW 1436 H A. DASAR PEMIKIRAN Prosesi sejarah perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad termaktub dalam surat 17 Al-Isra' Ayat 1 yang berbunyi "Maha suci Allah yang menjalankan hamba -Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Majidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya sebahagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." Seperti tertera dalam teks di atas, kata isra' (dari kata asra ) berarti perjalanan di tengah malam, yaitu perjalanan Nabi Muhammad dari Makkah ke Baitul Maqdis di Palestina. Sedangkan mi'raj (dari kata a'raja ) artinya, naiknya Nabi ke Sidratul Munthaha sampai pada lapisan langit ketujuh. Keduanya dilakukan secara kilat sekaligus dalam waktu hanya semalam. Sebuah fenomena yang sangat supra-rasional dan ajaib ( miracle )! Lalu, bagaimana kita membangkitkan kembali fungsi agama sebagai agen pembebas...
BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Pondok Pesantren Al-Mubarok Hasil wawancara pada tanggal 30 Mei 2007, dari pendirinya yaitu Bapak Ustadz Khoirudin Thohir, bahwasannya pada awalnya beliau tidak ada niatan untuk mendirikan sebuah pondok pesantren. Tetapi semua berawal dari pembuatan mushola pada tahun 2001. Setelah pembangunan selesai ada dua orang anak yang datang kepada beliau untuk meminta diajarkan qiro’atul qur’an. Hari berganti hari semakin bertambah menjadi sepuluh anak dengan bertambahnya anak yang mengaji disitu maka, beliau membuat tempat penampungan yang sederhana disamping rumah beliau, penampungan tersebut terbuat dari bambu dan kayu. Tempat tersebut yang bisa untuk istirahat disiang hari dan tidur dimalam hari. Akhirnya seiring dengan berjalannya waktu beliau menata niat, tujuan beliau yaitu : mengembangkan syariat Islam melalui SBQ (seni baca al_Qur’an). Pada tahun 2003 pondok pesantren tersebut belum memiliki nama, itupun berselang selama tiga ...
Komentar
Posting Komentar