Pendidikan islam

Oleh: Kang Wikan Yustafa


Iman merupakan hak azasi dalam kehidupan seorang muslim, sedang pendidikan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia. Pendidikan Iman anak adalah pendidikan yang ditujukan untuk meningkatkan  iman meliputi ma’nawiyah (mentalitas), akhlaq (moralitas), dan syakhsyiyah (kepribadian) kepada anak didik.
Abdullah bin Dinar berkisah tentang perjalanannya bersama Khalifah Umar bin Khattab. Beliau mengatakan, "Saya bersama Umar bin Khattab r.a. pergi ke Makkah dan beristirahat di suatu tempat. Lalu terlihatlah anak gembala dengan membawa banyak gembalaannya turun dari gunung dan berjumpa dengan kami. Umar bin Khattab berkata, "Hai penggembala, juallah seekor kambingmu itu kepadaku!". Anak kecil penggembala itu menjawab, "Aku bukan pemilik kambing ini, aku hanya seorang budaknya." Umar menguji anak itu, "Katakanlah kepada tuanmu bahwa salah seekor kambingnya dimakan srigala." Anak itu termenung lalu menatap wajah Umar, dan berkata, "Maka di manakah Allah SWT?" Mendengar kata-kata yang terlontar dari anak kecil ini, menangislah Umar. Kemudian beliau mengajak budak itu kepada tuannya kemudian memerdekakannya. Beliau berkata pada anak itu, "Kalimat yang telah engkau ucapkan tadi telah membebebaskanmu di dunia ini, aku harap kalimat-kalimat tersebut juga akan membebaskanmu kelak di akhirat.
Kejadian di atas menunjukkan salah satu pengaruh dari pengenalan terhadap Allah SWT. Kejadian serupa itu sudah sangat jarang terjadi saat ini. Sekarang ini, di masyarakat kita kejujuran dan kebenaran seolah sudah tak ada harganya. Coba bandingkan dengan sikap Umar yang menghargai anak tersebut dengan membebaskannya dari perbudakan.
Pertanyaan: bagaimanakah seorang anak kecil di masa itu bisa menjadi begitu yakin dengan pengawasan Allah SWT (muroqobatullah atau taqarrub ilallah) yang berlaku pada setiap manusia?
Oleh karena itu sangat di perlukan pendidikan iman yang meliputi hal-hal berikut:
1.    Upaya kesungguhan melaksanakan dan menghayati nilai-nilai ibadah kepada Allah SWT dalam arti yang seluas-luasnya sesuai dengan bimbingan Rasulullah SAW.
2.    Upaya kesungguhan pembiasaan dalam mengingat Allah SWT (dzikrullah) dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an atau dengan menyebut nama-nama  Allah SWT (asmaul husna) dengan cara yang tepat di saat-saat tertentu.
3.    Upaya kesungguhan membiasakan untuk merasakan adanya bimbingan Allah SWT dalam melaksanakan kebaikan dan pengawasan Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan.
4.    Upaya kesungguhan dalam membiasakan untuk menggantungkan diri, tawakal, menyandarkan diri kepada Allah SWT, misalnya dengan berdo’a dalam berbagai situasi dan kondisi.
5.    Upaya kesungguhan untuk meningkatkan akhlak mahmudah (prilaku baik) dengan mencontohkan tindakan-tindakan baik dan memperbaiki perilakunya pada saat anak melakukan kesalahan atau keburukan.
6.    Upaya kesunguhan memberikan motivasi dan rangsangan dengan memuji atau memberi hadiah ketika anak berbuat baik, memberi manfaat kepada orang lain, atau menyenangkan orang lain kendati orang tersebut tidak menyadarinya.
7.    Upaya kesungguhan membimbing hal-hal lain untuk yang berhubungan dengan pendekatan diri kepada Allah SWT.

Pembekalan keimanan bagi anak-anak berorientasi pada penyiapan pemahaman dan pembiasaan berbagai hal yang kelak dapat menolong anak untuk melakukan sendiri berbagai kegiatan yang dapat memelihara ruhiyahnya.

Anak-anak sebenarnya lebih mudah menerima hal-hal yang bersifat teoritis kendati bersumber dari hal yang ghaib (tidak nampak). Karena secara fitrah mereka mudah mempercayai orang tua, guru, atau sahabat dekatnya. Anak-anak senantiasa jujur dan tidak mau didustai seperti pada kisah Umar bin Khattab di atas. Ini menunjukkan bahwa dengan kejujuran mereka amat mudah mendekatkan mereka kepada Allah SWT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manusia dalam pandangan kejawen

Proposal isra' mi'raj

Urgensi Kontruksi ilmu kalam dalam studi