Total Quality Education


A.  PENGERTIAN TOTAL QUALITY EDUCATION

TQM adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus-menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang ( Edward Sallis)[1].
Total quality management merupakan suatu system nilai yang mendasar dan komperhensip dalam mengelola organisasi dengan tujuan meningkatkan kinerja secara berkelanjutan dalam jangka panjang dengan memberikan perhatian secara khusus pada tercapainya kepuasan pelanggan dengan tetap memperhatikan secara memadai terhadap terpenuhi kebutuhan seluruh stakeholders (rekan) organisasi yang bersangkutan[2]
Masalah kualitas dalam TQM (manajemen mutu terpadu) ini menentut adanya keterlibatan dan tanggung jawab semua pihak dalam organuisasi. TOM ini tujuannya adalah untuk mencari hasil yang lebih baik, dan untuk mencapai tingkat kualitas yang tepat dengan cara yang konsisten dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan.
TQM, bukan sebuah slogan tapi sebuah pendekatan praktis namusn strategis dalam menjalankan roda organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan kliennya. Sedangkan penerapan TQM pada system pendidikan biasanya disebut dengan “Total Quality management in Education”.
Dari uraian tersebut TQM bisa di ambil sebuah kata kunci “peningkatan kualitas terus menerus, kepuasan pelangan”[3]. Yang dimaksud pelanggan dalam TQME itu (menurut Greenwood, yaitu siswa-siswa yang memperoleh pelajaran, orang tua yang membayar baik langsung atau tidak langsung untuk biaya anak-anaknya, pendidikan lanjut atau institusi pendidikan tempat siswa melanjutkan studi, para pemakai tenaga kerja yang perlu untuk merekrut staf terampil, memiliki keahlian dan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan negara yang memerlukan pegawai terdidik dengan baik)[4].

B.  KONSEP TOTAL QUALITY EDUCATION

Maka yang ditawarkan TQM pada sekolah, yang digunakan untuk menjamin perbaikan total pada semua orang, disemua unit dan dilakukan secara terus menerus, Sallis dengan mengadopsi doktrin Deming menawarkan langkah-langkah dalam mengembangkan TQM di sekolah (Sallis : 1993: 48-49), yaitu[5] :
1.      Rumuskan tujuan yang konstan untuk perbaikan dalam produk dan layanan, dengan tujuan agar menjadi kompetitif, tetap bisa menjalankan usaha (sekolah), dam bisa menyediakan lapangan pekerjaan! Banyak organisasi yang hanya memiliki tujuan jangka pendek, dan tidak merumuskan yang apa yang hendak dicapai dalam 20 samapai 30 tahun ke depan, dengan berdasarkan pada visi dari institusinya.
2.      Gunakan filosofi baru! Sebuah sekolah tidak akan mampu berkompetisi jika terus menerima dan memanfaatkan keterlambatan, kesalahan, atau melahirkan hasil yang tidak tepat. Mereka harus melakukan perubahan dan mengunakan cara baru dalam melakukan pekerjaan, sehingga tidak mengulangi kesalahan.
3.      Berhentilah mengunakan pengawasan publik untuk mencapai kualitas! Pengawasan piblik yang dilakukan oleh unit inspeksi tidak menjamin kualitas. Manajemen harus mempersiapkan staf mereka dengan training tekhnik analisis statistik untuk memonitor dan mengembangkan kualitas mereka secara mandiri dan dilakukan oleh mereka masing-masing.
4.      Tingkatkan terus kualitas pelayanan dan produk layanan! Tugas manajemen adalah meningkatkan kualitas layanan, dan menjamin bahwa proses perbaiakan akan terus dilakukan.
5.      Lakukan on the job training! Pe;atihan merupakan salah satu yang paling penting untuk meningkatkan kualitas. Memang sekolah harus mengeluarkan dana untuk kepentingan pelatihan tersebut, tapi sama pentingnya untuk slalu melawan standart kualitas yang permanen. Oleh sebab itu pegawai dan guru harus diberi taraining untuk supaya bisa melakukan perubahan-perubahan untuk kemajuan.
6.      tugas menajemen adalah memimpin bukan mengawasi, pemimpin harus mamapu berperan untuk mendorong kemajuan dalam proses pelaksanaan pekerjaan agar menghasilkan layanan dan produk terbaik.
7.      Hindari rasa takut, yakni membawa produktivitas pegawai juga dipengaruhi oleh perasaan aman bekerja. Oleh sebab itu, ciptakan suasana aman tenteram, dan nyaman, sehingga guru dan pegawai merasa dirinya aman untuk bekerja ditempat itu.
8.      Atasi berbagai kendala hubungan antara unit an departemen, karena mereka yang berda dalam unit yang berbeda tersebut memerlukan kerjasama sebagai sebuah tim. Organisasi tidak boleh membiarkan ada departemen atau unit yang terdorong dalam arahan yang berbeda.
9.      Kurangi slogan, nasehat, target dan permintaan untuk menungkatkan produktivitas baru tanpa ada pengarahan pada pegawai tentang metode-metode baru untuk menghasilkan peerjaan yang lebih baik. Kebanyakan kelemahan proses pekerjaan itu sistemik dan itu tugasnya manajer untuk mencarikan jalan keluarya.
10.  Kurangi standarisasi pekerjaan dengan indicator angka numeric, karena standarisasi numeric atau kuantitas seringkali akan mengurangi kualitas.
11.  Hilangkan berbagai kendala yang akan mengurangi kebanggaan pegawai terhadap pekerjaannya, yakni institusi harus menghilangkan kebiasaan melakukan penilaian terhadap prestasi pegawai, karena justru menimbulkan persaingan diantara pegawai satu dengan yang lainnya, dan kontr-produktif terhadap pengembangan team work.
12.  Lembagakan pendidikan dan pelatihan pegawai yang dapat meningkatkan semangat kerja pegawai dan meningkatkan kualitas dengan dirinya sendiri. Staf yang terdidik dengan baik, akan mampu melakukan peningkatan kualitas pekerjaannya!
13.  Posisikan setiap orang dalam institusi untuk bekerja dan melaksanakan transformasi! Transformasi kultur berkualitas merupakan tugas setiap orang , dan juga tugas personal dari manajer sendiri.  
Dengan demikian telah jelas bahwa total quality in education merupakan pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan yang dilakukan secara holistic, komprehensif, namun bertahap dalam prinsip perbaikan tiada henti sebagai inti dari TQM, yakni meningkatkan kualitas dalam segala sector dan dilakukan oleh semua orang dalam organisasi dan serta dilakukan secara terus menerus.   
Maka konsep yang harus digunakan dalam TQE adalah sebagai berikut :
  1. Terfokus Pada Kostumer[6]
Agar sekolah mengembangkan focus mutu , setiap orang dalam system sekolah mesti mengakui bahwa setiap out put lembaga pendidikan adalah kostumer. Memang masih banyak pihak dalam komunitas pendidikan yang mengakui adanya kostumer untuk setiap keluaran pendidikan, tapi mutu pendidikan toh tak kunjung diperbaiki.
  1. Keterlibatan Total
Tidak mungkin dalam sebuah lembaga seorang kepala sekolah, wakil kepala, guru, karyawan dan murid mereka bekerja sendiri-sendiri, akan tetapi seluruh komponen yang ada dalam sekolah harus terlibat total dalam perbaikan kualitas pendiidikan. 
  1. Pengukuran
Inilah yang justu sering gagal dilakukan disekolah. Secara tradisional ukuran mutu atas keluaran sekolah adalah prestasi siswa. Ukuran dasarnya adalah hasi ujian. Tapi tapi para pendidik tidak pernah berpikir apakah hasil ujian itu merupakan hasil murni ujian yang dikerjakan sendiri?. Yang cenderung untuk ditingkatkan pengukuran pendidikan sekolah yang berkualiitas adalah prosesnya dan bukan hasil ujian yang baik. 
  1. Memandang Pendidikan Sebagai System
Hanya dengan memandang pendidikan sebagai suatu system maka para professional pendidikan dapat mengeliminasi pemborosan dari pendidikan dan dapat memperbaiki mutu setiap proses pendidikan. 
  1. Perbaikan Berkelanjutan
Konsep dasarnya, mutu adalah segala sesuatu yang dapat di perbaiki. Menurut filosofi menejemen yang baru “ bila tidak rusak, perbaikilah, karena bila anda tidak melakukannya orang lain pasti melakukannya”.

C.  APLIKASI TQE DI KELAS

Menurut Spanbauer (1994) TQM merupakan payung strategi peningkatan mutu sekolah, seperti pembelajaran percepatan (accelerated learning), manajemen berbasis lingkungan, pendidikan berbasis hasil, efektivitas lembaga, pendidikan berbasis masyarakat, dan pembelajaran berpusat kepada murid, diharapkan akan dapat memberikan konstribusi bagi pendidikan yang signifikan.
Hoy (2002) menjelaskan ada beberapa tahapan yang akan dilalui untuk memantapkan budaya mutu dalam menuju unggul[7], yaitu :
1)      Membangun komitmen menanamkan dalam diri personil sekolah untuk mencapai tujuan.
2)      Perencanaan, mengunakan ketrampilan individu dalam TIM untuk dikembangkan mencapai tujuan.
3)      Tindakan untuk mengembangkan dan mengunakan ketrampilan dalam menetapkan program yang berkelanjutan.
4)      Evaluasi, menilai kemajuan pencapaian tujuan, nilai yang dicapai dan kebutuhan masa depan. 

D.  IMPLIKASI TQE
1)      Sekolah-sekolah tidak mengawasi sendiri sumber dayanya[8].
2)      Pendidikan tidak didasarkan pada nilai atau kepentingan dari penlangan dalam.
3)      Sekolah tidak mengendalikan sepenuhnya keadaan yang memepengaruhi lingkungan pendidikan.
4)      Adanya pengurangan dalam pembiayaan pendidikan.
5)      Tujuan sekolah tidak ditentukan di dalam sekolah.
6)      Masyarakat kurang menghargai pendidikan.
7)      Guru-guru dan sekolah kurang responsifterhadap perubahan.
8)      Sekolah terlalu lama mengalami kebekuan pemikiran.
9)      Pelatohan guru dilakukan diluar sekolah.
10)  Pelanggan sangat banyak setiap pergantian tahun.
11)  Mengabaikan misi. 
                  Kesebelas factor yang diidentifikasi sbagai implikasi di masa depan dalam penerapan TQME, tentu tidak terlepas dari pengaruh kemajuan social, politik, sains, dan tekhnologi suatu negara. Bagaimanapun juga, system sekolahan pada suatu negara merupakan produk kebudayaan suatu masyarakat dan bangsa tertentu. 



[1] Edward Sallis, Total Quality Management In Education Manajemen Mutu Pendidikan (Yogyakarta: Ircisod, 2006), 73.
[2] Sudiyono, Manajemen Pendidikan Tinggi  (Jakarta: Asdi mahasatya, 2004), 102.
[3] http: WWW.depdiknas.go.id/jurnal/29/penerapan_total_quality_management.htm.
[4] Dede Rosyada, PARADIGMA Pendidikan demokratis Sebuah Model Perlibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta : Prenada Media, 2004), 289-290. 
[5] Ibid., 280-282.
[6] Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu : Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan. Judul aslinya, Quality in Education  : an Implemantation Handbook (Yogyakarta : pustaka Pelajar, 2005) 11-14.
[7] Syafarudin & Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran (Jakarta : Quantum Teaching, 2005) 153-154.
[8] Ibid., 111-114.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manusia dalam pandangan kejawen

Proposal isra' mi'raj

Urgensi Kontruksi ilmu kalam dalam studi